kupu-kupu

Minggu, 04 Desember 2011

Risalah Ta’lim




Oleh: Imam Syahid Hassan Al-Banna

Segala puji bagi Allah serta salawat dan salam buat imamul muttaqin, panglima para mujahidin, junjungan kita Muhammad s.a.w, seorang Nabi yang amanah serta buat kaum keluarganya, para sahabatnya dan mereka yang mengikut pimpinan mereka hingga ke hari kiamat.

Ini adalah perutusan saya kepada para mujahid di kalangan Ikhwan al-Muslimin. Mereka yang meyakini kemuliaan dakwah mereka serta kesucian gagasan mereka. Mereka yang mempunyai tekad yang suci untuk hidup bersama dan mati di jalannya. Khusus buat mereka ini saya tujukan tulisan yang ringkas ini. Tulisan ini bukanlah pelajaran yang perlu dihafal tetapi ia adalah taklimat yang perlu dilaksanakan. Ayuh ke medan amal, wahai saudara yang jujur.

Dan katakanlah (wahai Muhammad): Bekerjalah kamu (akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Dia menerangkan kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan. (Al-Taubah: 105)

Dan bahawa sesungguhnya inilah jalanKu (agama Islam) yang betul lurus, maka hendaklah kamu menurutnya; dan janganlah kamu menurut jalan-jalan (yang lain dari Islam), kerana jalan-jalan (yang lain itu) mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah. Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kamu, supaya kamu bertaqwa. (Al-An‘am: 153)

Buat yang lain selain daripada mereka ini ada pengajian, ceramah, buku dan artikel, gaya dan kaedah yang khusus untuk mereka. Setiap umat ada arah yang dituju. Oleh itu berlumba-lumbalah kamu mengerjakan kebaikan. Semuanya dijanjikan Allah kebaikan.

Salam serta rahmat dan keberkatan Allah untuk kamu semua.

Hasan al-Banna

Saudara yang jujur

Rukun baiah kamu ada sepuluh, hayati dan hafallah:

1. Faham.

2. Ikhlas.

3. Amal.

4. Jihad.

5. Berkorban (Tadhiyah).

6. Taat.

7. Thabat.

8. Tajarrud .

9. Bersaudara (Ukhuwwah).

10. Tsiqah.

YOiiiiiiiiiiiiiiii [Puasa Muharram] Keutamaan Bulan Muharram


Jan 24, '07 5:13 AM
untuk semuanya
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram” (QS. At Taubah: 36)

Kata Muharram artinya “dilarang”. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bilan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya.

Kemudian ketika Islam datang kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.

Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Beribadah pada bulan haram pahalanya dilipatgandakan dan bermaksiat di bulan ini dosanya dilipatgandakan pula.

Pada bulan ini tepatnya, tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah SAW menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai kesyukuran atas pertolongan Allah SWT.

Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah jadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda: “Dari Ibu Abbas ra, bahwa Nabi SAW, ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah SWT. Rasulullah SAW, berkata, “Saya lebih berhak mengikuti Musa as. Daripada mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa”. (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)

Walaupun ada kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah SAW. Memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits menyarankan agar puasa ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.

Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan.

1.      Berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram.
2.      Berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal 9 dan 10, atau 10 dan 11 Muharram.
3.      Puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah SAW memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim)

Landasan puasa pada tanggal 11 Muharram didasarkan pada keumuman dalil keutamaan berpuasa pada bulan Muharram. Di samping itu sebagai bentuk kehati-hatian jika terjadi kesalahan dalam penghitungan awal Muharram.

Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadits, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu baik untuk dilakukan.

Demikian juga sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram sebagai bulan anak yatim. Menyantuni dan memelihara anak yatim adalah sesuatu yang sangat mulia dan dapat dilakukan kapan saja. Dan tidak ada landasan yang kuat mengaitkan menyayangi dan menyantuni anak yatim hanya pada bulan Muhaaram.

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Oleh karena itu salah satu momentum yang sangat penting bagi umat Islam yaitu menjadikan pergantian tahun baru Islam sebagai sarana umat Islam untuk bermuhasabah terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih baik lagi.

Momentum perubahan dan perbaikan menuju kebangkitan Islam sesuai dengan jiwa hijrah Rasulullah SAW dan sahabatnya dari Mekkah ke Madinah. Dari Abu Qatada ra. Rasulullah ditanya tentang puasa hari ‘Asyura, beliau bersabda: “Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat.” (HR. Muslim)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr: 18)


:: Dirilis dari Bayan DSP - PeKaSe
tertanggal 29 Dzulhijjah 1427 H atau 18 Januari 2007

Minggu, 16 Oktober 2011

Manisnya iman


1.       Kecintaan kita pada Allah….maka ranting2 akan bercabang dalam seluruh kehidupan kita.
2.       Rasa takut kita Sama Allah adalah hal-hal yg membawa kita ke neraka.
3.       Bahwa kecintaan pada Allah dan rasulNya harus diprioritaskan Kecintaan kepada Allah.
Bagaimana sesorang bisa merasakan manisnya islam?
Jika dalam hatinya bisa merasakan kecintaan mendalam Allah dan rasulNya.
Buktinya !!
1.       Dia lebih mementingkan keridhoan Allah disbanding dunia dan seisiNya(QS.At-taubah:24)
Memperiotas kecintaan pada Allah akan mendapatkan Ridho
Contoh keridhoaan qt: terlibat dalam agenda dakwah, infak

·         Merasakan kelezatan ketaatan dalam aktivitas, pakaian, bicara, dll
·         Meraskan lezatnya kesulitan dalam berdakwah-kaum anshor-muhajrin-ttg jilbab
Ibrahim:24 akar a pangkal iman-batang-cabangkeimanan, daun-kepedulian,buah-hasil ketaatan
3 perkara:
1.       Menyempurnakan cinta kpd Allah
2.       Menjadikan cinta kpd Allah Pangkal dari cabang kecintaan kita pada yg lain(24:30-31)(33:59)
3.       Mencintai orang lain kpd Allah dg tidak berkhalwat, berzina,dll






Kebersihan hati


THE INSPIRATION :QS. Al hasr: 1-24
Fokus tarbiyah ada:
1.       1. Waspada bahaya nifaq
2.       2. Takut kepada Allah bukan kepada manusia
3.     3.   Tidak takut terhadap musush terutama yahudi
4.       4. Waspadai syetan
5.       5.  Mencemaskan bahaya maksiat
6.       6.  Senantiasa hidup bersama kitab Allah
7.       7. Senantiasa menghadirkan asma ALLah
8.       8. Senantiasa memperhatikan makhluk Allah selalu bertasbih pada Allah


Tafsir 1-5:
·         Sikap nabi teerhadap orang2 munafik
·         Latar belakang perang peristiwa hasil dan hikmahnya
·         Pembatahn terhadap pohon kurma dan kerusakan bumi
·         Mengemabalikan kemenangan Hakiki kepada Allah
·         Kaum muslim selalu siaga dan menanti pertolongan Allah


Tafsir 6-10
·         Perbedaan antara fai(harta rampasan yang berasal dari musuh tapi tanpa pertempuran), ghonimah, dan salab( barang2 yang menempel pada tubuh yahudi/kaum kafir)
·         Cara pembagian fai dan ghonimah berbeda
·         Kedudukan kaum muhajirin dan anshar
·         Keadan generasi penerus dan hak mereka terhadap generasi terdahulu


Tafsir 11-17
·         Bahaya nifaq dan sifat orang munafik
·         Sikap kaum munafik pada perang bani Nazir
Diantara sifat2 munafik: nifaq, kufur dan syirik
·         Sebab terjadinya penyimpangan mereka, sehingga menjadi kafir


Tafsir 18-24

·         Takut akan lupa kepada Allah
·         Membandingkan neraka atau surge
·         Senantiasa berinteraksi dg kitabullah
·         Selalu menghadirkan Asmaul Husna




Pilar - Pilar Kebangkitan Umat



Ringkasan Buku Pilar - Pilar Kebangkitan Umat
Karya : Prof. Dr. Abdul Hamid Al Ghazali

Pada kesempatan ini, saya akan menuliskan ulang, sesuai dengan daya nalar saya, terhadap buku Pilar - Pilar Kebangkitan Umat. Akhir-akhir ini saya memang sedang senang dengan buku ini, mengingat aktivitas sekarang bergulat dengan membangkitkan organisasi, dan nampaknya saya perlu menuangkan point-point penting dalam buku ini yang insyaallah pasti bermanfaat bagi siapa saja yang membaca. Karena jika kita melihat realitas hari ini, maka pastilah kita ingin bangkit dari kondisi sekarang.

Saya akan memulai dengan pasal kelima (beberapa pelajaran dari sejarah)
1. bagian pertama : Kaidah - kaidah kebangkitan
2. bagian kedua : cara berinteraksi dengan kaidah - kaidah kebangkitan

Kaidah pertama : Fikrah Dasar
Ust. Hasan Al Banna berkata : " Ikhwanul Muslimin yakin sepenuhnya, bahwa ketika Allah SWT menurunkan Al Quran, menyuruh hamba-hamba-Nya mengikuti Muhammad SAW dan meridhai Islam sebagai agama bagi mereka, sesungguhnya Ia telah meletakkan -dalam agama ini- seluruh dasar yang mutlak dibutuhkan bagi kehidupan, kebangkitan dan kesejahteraan umat manusia. Pembenaran terhadap uraian tersebut dapat ditemukan dalam firman Allah SWT:
"(Yaitu) orang - orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang Ummi yang (Namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka darti mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharapkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka" (al A'raf : 157) (Ila Ayyin Syaiin Nad'un Naas)

Kaidah Kedua : Kekuatan Motivasi
Ustadz Hasan Al Banna menegaskan hal tersebut dengan mengatakan :
"Kebanyakan manusia melihat gerakan dakwah dari segi lahiriah dan bentuk formalnya saja. Mereka tidak melihat motivasi dasar dan inspirasi spiritual yang sebenarnya merupakan modal dasar bagi terciptanya tujuan dan teraihnya kemenangan. Ini adalah sebuah hakikat yang tidak bisa dibantah kecuali oleh mereka yang jauh dari studi tentang dakwah, sehingga tidak memahami rahasia-rahasianya. Sesungguhnya di balik fenomena-fenomena yang tampak pada setiap aktivitas dakwah, terdapat semangat yang menjadi motor penggerak serta kekuatan batin yang menggerakkan, mengontrol dan memberikan motivasi. Mustahil suatu umat dapat bangkit tanpa memiliki kesadaran yang hakiki dalam jiwa, ruh dan perasaan mereka.
'Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri' (Ar- Ra'd:11)
Oleh karena itu, bisa saya katakan bahwa hal terpenting dalam sebuah kerja dakwah yang harus pertama kali kita perhatikan dan kita jadikan sebagai pemacu pertumbuhan, keberadaan, dan penyebaran dakwah adalah kebangkitan spiritual ini. Karenanya, yang pertama kali kita inginkan adalah kebangkitan ruhani, hidupnya hati, serta kesadaran penuh yang ada dalam jiwa dan perasaan. Oleh karena itu, dalam membicarakan dakwah ini, kami lebih menekankan pada pemberian motivasi dan pembinaan jiwa daripadaperhatian terhadap aspek-aspek operasiona yang beragam.
Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuar serta tangguh, hati-hati yang segar serta memiliki semangat yang berkobar, perasaan-perasaan yang memiliki ghirah serta selalu menggelora dan ruh-ruh yang bersemangat, elegan , selalu optimis serta merindukan nilai-nilai luhur, tujuan -tujuan mulia serta mau bekerja keras untuk menggapainya.
Umat Islam harus menentukan tujuan-tujuan dan nilai-nilai luhur tersebut, mengendalikan perasaan dan emosi, serta memfokuskan perhatian pada hjal-hal tersebut hingga ia menjadi sebuah keyakinan mantap, yang tidak tercampuri oleh keraguan sedikitpun. Tanpa pembatasan , pengendalian, dan pemfokusan tersebut, sebuah kesadaran dan kebangkitan hanya akan menajdi seperti lilin kecil di tengah gulita sahara; nyalanya sangat redup dan panasnya tidak terasa. Yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah batas dan akhir dari tujuan-tujuan tersebut? (dakwatuna Fi Thaurin Jadid)

Rabu, 15 Juni 2011

RESENSI Retorika Haraki

Judul Buku : Retorika Haraki
Penulis : Amirudin Rahim
Penerbit : Era Adicitra Intermedia, Solo
Cetakan Ke : 1
Tahun Terbit : Jumadil Ula 1431 H/April 2010
Tebal Buku : xxviii + 236 halaman


Berbicara itu mudah. Namun berbicara dengan tepat memerlukan ilmu dan ketrampilan. Retorika Haraki, yang merupakan buku kelima 100 buku pengokohan tarbiyah ini berupaya membekali aktifis dakwah dengan seni berbicara yang tepat sehingga amanah dakwah dapat ditunaikan.

Sebagaimana kita ketahui bersama, aktifitas dakwah dan tarbiyah, banyak membutuhkan kemampuan bicara. Mulai dari tabligh, taklim, orasi, khutbah hingga halaqah, dan dakwah fardiyah. Seringkali dai dan mubaligh tidak menyampaikan dakwahnya dengan baik bahkan ngelantur, dan seringkali pula muwajjih atau murabbi yang sebenarnya luas ilmunya namun cara penyampaiannya tidak menarik. Seni berbicara yang dijelaskan Amirudin Rahim dalam buku Retorika Haraki ini diharapkan bisa mengeliminir kelemahan-kelemahan itu menuju dakwah Islam yang memikat; dengan retorika yang memukau, sikap yang santun, konten yang berkualitas, berbobot dan efektif.

Dimulai dari Hakikat dan Prinsip Umum Berbicara pada Bab I, Retorika Haraki menyadarkan kita bahwa berbicara adalah nikmat yang juga mengandung potensi fitnah. Sikap seorang muslim pada nikmat berbicara ini adalah mensyukurinya dengan memuji Allah, berbicara untuk menyebar kebaikan, menggunakannya untuk kemaslahatan umat manusia, dan tidak menyalahgunakannya untuk kezaliman, kerusakan, permusuhan, dan kemaksiatan.

Mensyukuri nikmat berbicara dengan demikian adalah mentaati prinsip-prinsip berbicara Islami. Prinsip berbicara yang islami ini ada 6 poin:
1. Berbicara yang baik atau diam
2. Berbicara sesuai kadar pemahaman akal pendengar
3. Berbicara yang sederhana dan tidak berbelit-belit
4. Tidak berbicara tentang hal yang tidak berguna (sia-sia)
5. Menghindari kata atau istilah yang berkonotasi negatif yang sengaja diciptakan musuh-musuh kebenaran
6. Berbicara dengan bahasa audensi

Dari enam prinsip itu, mungkin poin kelima dan keenam yang belum terlalu akrab bagi kita. Kata atau istilah yang berkonotasi negatif di sini merupakan "penerjemahan" dari QS. Al-Baqarah ayat 104. Bahwa Allah memerintahkan memakai kata unzhurna sebagai ganti raa'ina. Di zaman sekarang, raa'ina itu semakin banyak dengan adanya semantic game (permainan makna) yang diciptakan Barat, misalnya. Kata "fundamental", "teroris", "garis keras", dan "bom bunuh diri" adalah sedikit contoh semantic itu. Jika aktifis dakwah memakainya secara mentah, ia sudah terjebak pada bias makna. Sedangkan berbicara dengan bahasa audensi artinya berbicara dengan bahasa yang dimengerti audien, istilah yang dipahami audien, dan kaidah komunikasi yang mudah diserap audien. Intinya pembicaraan kita secara efektfi bisa ditangkap audien sesuai makna yang kita kehendaki.

Dalam berbicara, kita juga harus menghindari penyakit lisan. Ini dibahas dalam bab kedua; Penyakit-penyakit Lisan dalam Berbicara. Amirudin Rahim menjelaskan 10 penyakit lisan sebagai berikut:
1. Ucapan yang tidak berguna (Al-Kalam fima la ya'ni)
2. Berbicara yang berlebihan (Fudhulul kalam)
3. Ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat (Al-Khaudh fil bathil)
4. Berbantahan, bertengkar, dan debat kusir (Al-Mira' wal jadal)
5. Banyak bercanda dan sendau gurau (Al-muzah)
6. Ungkapan yang menyakitkan, jorok dan caci maki (badza'atul lisan wal qaul al-fahisy was sabb)
7. Melaknat (Al-La'nu)
8. Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian (At-Taqa'ur fil kalam)
9. Menyebutkan hal yang memalukan atau kejelekan untuk ditertawakan atau bahan olok-olok (As-Sukriyah wal istihza')
10. Berbohong dalam perkataan, janji dan sumpah (Al-kadzibu)

Karakteristik Retorika Haraki
Pada Bab 3: Retorika Haraki, dibahas karakteristik retorika haraki. Namun sebelum itu, dijelaskan dulu definisi retorika haraki. Bahwa retorika haraki adalah penjelasan ajaran dan nilai-nilai Islam oleh para aktifis harakah dakwah yang disampaikan atas nama Islam kepada sekalian manusia, muslim atau non muslim, untuk mengajak mereka kepada Islam atau mengajarkan keislaman dengan cara-cara yang islami, beramal makruf dengan cara yang makruf, dan bernahi mungkar bukan dengan cara yang mungkar. Lebih dari itu, retorika haraki memandu aktifis dakwah untuk memadukan akal, hati, dan amal demi meraih kesuksesan dakwah dan keridhaan Allah SWT.

Karakteristik retorika haraki meliputi 15 karakter yaitu:
1. Yakin kepada Pencipta dan tidak mengingkari keberadaan dan kreatifitas manusia
2. menjaga keseimbangan antara wahyu dan akal
3. Menyeru kepada spiritual dan tidak meremehkan materiil
4. memperhatikan ibadah dan tidak melupakan nilai-nilai moral
5. Mengagungkan akidah dan menebarkan toleransi dan kasih sayang
6. memikat dengan hal-hal ideal dan peduli terhadap realitas
7. Mengajak kepada keseriusan dan konsistensi dan tidak melupakan berhidur dan istirahat
8. Berorientasi global dan tidak melupakan aksi lokal
9. Semangat kepada modernitas dan berpegang teguh kepada orisinalitas
10. Bersifat futuristik dan tidak mengingkari masa lalu
11. Memudahkan urusan dan menggembirakan perasaan
12. Berpikir luas dan tidak melampaui batasan permanen
13. menolak kekerasan dan terorisme dan mendukung perjuangan suci (jihad fi sabilillah)
14. Mengukuhkan eksistensi wanita dan tidak mengikis martabat laki-laki
15. Melindungi hak-hak minoritas dan menolak arogansi mayoritas

Teknik Retorika Haraki
Pada bab 4 sampai bab 9 (terakhir) Amirudin Rahim membahas hal-hal penting seputar retorika haraki. Mulai seni mengorganisasi dan menyampaikan pesan ada bab 4, seni berbicara dalam pidato dan khutbah pada bab 5, seni berbicara dalam kampanye politik pada bab 6, seni bertanya pada bab 7, seni memberi nasihat pada bab 8, dan sampai seni berbicara dalam dialog, diskusi, dan debat pada bab terakhir (bab 9). Sangat banyak teknik yang disampaikan dalam buku ini dan perlu dikuasai oleh aktifis dakwah. Tidak mungkin semuanya bisa dijabarkan dalam halaman terbatas ini.

Karenanya, buku ini perlu dibaca oleh aktifis dakwah. Sehingga para aktifis dakwah menguasai retorika haraki dengan baik, dan dengannya ia menyebarluaskan dakwah Islam demi terwujudnya negeri yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur, tegaknya Islam rahmatan lil 'alamin, dan terealisasinya maratibul amal ustadziyatul alam. Amin. [Muchlisin]

DI SYARIATKANNYA JIHAD DAN BERPERANG


SYARIAT JIHAD DAN BERPERANG
QS. AR RADU:17 & QS. AL HAJ:40 dan Annisa :76
Inspirasi :
1.       Kisah Nabi Muhammad untuk menyeru umatnya
2.       Pertarungan antara yang haq dan bathil
3.       Kebenaran membutuhkan penyeru dan pembela
a.       Menyampaikan kebenaran ke segenap uamt (As Saba:28)
b.      Menyelamatkan umat manusia dair kegelapan konsep hidup kepada cahaya (Qs.Ibrahim:1)
4.       Kebebasan menentukan keyakian (Al Baqarah : 206)
5.       Alas an &tujuan jihad didalam Islam
a.       Melawan kezhaliman&penindasan (An Nisa :75)
b.      Menjamin terciptanya kebebasan dalam mengajak kebaikan (QS.YUnus:49), (Al-araf:88),(aN-Naziat:23-24)
c.       Mendirikan Negara
d.      Meneggakkan system kehidupan islam dimuka bumi (al Ahzab: 10-11 dan 23-27)
6.       Dalil disyariatkannya Jihad ( Albaqarah:139)
7.       Ayat- ayat Jihad
a.       QS. AL BAQARAH :216
b.      QS. AL ANFAL:60     
c.       QS.AT TAUBAH : 41&111
d.      QS.AT TAUBAH :81-82
8.       Hadist-hadist jihad
a.       HR. Muslim, Daud, Ibnu Najah, An nasai:
“Surga berada dibawah bayang2 cahaya”
b.      Barang siapa yang mimpi dan meminta syahid dengan hati yang jujur, maka Allah akan meyampaikannya kepada derjat syuhada meskipun dia berada diatas tempat tidur.”(HR. BUKHARI_MUSLIM)
c.       HR.Bukhari dan Muslim:
Rasul meminta untuk hidup kemudian dimatikan, dihidupkan kembali&dimatikan lagi.
d.      Riba
Jika kalian melakukan praktek jual beli dengan praktek riba nassyiah : “kalian memegangi ekor sapi lebih suka pada pertanian dan meninggalkan jihad, maka kalian akan terlilit kehinaan dan ia akan melepaskannya sampai kalian kembali pada agama kalian.
(HR.Ahmad, Hakim,dan Abu Dawud)
9.       Nilai posited dibalik Jihad
A.      Memberants fitanh dan penindasan (AL ANFAL : 42)
B.      Lahirnya para pembela kebenaran ( Al Isra: 81)
C.      Mendirikan Negara berlandaskan kebeneran serta menghadirkan peradaban manusia yang unik

Selasa, 14 Juni 2011

RESUME Fiqh Dakwah

Kaidah-Kaidah Dalam Menyikapi Permasalahan Masyarakat
Aktivitas masyarakat dewasa ini berkembang begitu cepat dan pesat, melampaui kecepatan berpikir manusia. Demikian ungkap Dr. Ali Gom'ah, Mufti Negara Mesir. Realita ini berdampak pada munculnya penyikapan-penyikapan yang cenderung datar dan mengambang dari berbagai macam lapisan masyarakat, termasuk diantaranya para da'i. Sehingga tidak jarang sikap-sikap tersebut bukannya menyelesaikan masalah. Akan tetapi malah sebaliknya, semakin menambah runyam permasalahan yang ada.

Oleh karena itu, kiranya sangat diperlukan adanya kaidah-kaidah khusus dalam menyikapi berbagai permasalahan masyarakat, terutama bagi para da'i. Dengan mengikuti kaidah-kaidah ini, diharapkan para da'i dapat lebih arif dalam menyikapi setiap permasalahan yang sedang terjadi serta mampu menyelesaikannya. Hal ini tentunya akan sangat mendukung keberhasilan dalam berdakwah.

 Berikut ini adalah beberapa kaidah dimaksud yang disarikan dari Kajian Fikih Dakwah yang diasuh oleh Habib Ali Al-Juffri dan disampaikan kepada para peserta Daurah Shaifiyah XV Pesantren Darul Mushthafa, Tarim Hadhramaut Yaman, pada hari Sabtu malam Ahad, 5 Sya'ban 1431 H./17 Juli 2010 M . dengan beberapa pengurangan dan penambahan tanpa merubah subtansinya.

1.      Mengaitkan akar permasalahan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Seorang da'i jangan hanya berupaya menangani sebuah permasalahan dari akarnya, tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, sehingga tampak kaku dan kurang dapat dicerna oleh masyarakat. Jangan pula hanya terkonsentrasi kepada apa yang muncul dipermukaan, tanpa memperhatikan akar permasalahan yang sebenarnya.

2.      Pengecekan terlebih dahulu validitas informasi yang didapat sebelum mengambil sikap dan melakukan reaksi. Seorang da'i tidak diperkenankan menerima begitu saja informasi yang beredar di masyarakat dari berbagai media massa. Akan tetapi dia harus melakukan cek dan ricek terlebih dahulu kepada sumber yang betul-betul dapat dipercaya. Baru kemudian menentukan sikap yang tepat.

3.      Memilih solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah antara diam atau melakukan reaksi. Karena tidak semua permasalahan harus diselesaikan dengan melakukan sebuah reaksi. Banyak diantara permasalah justeru akan lebih cepat selesai dengan cara diam.

4.      Menghindari pemerataan (ta'mim), baik dalam mengungkapkan pujian ataupun celaan. Sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

(ŁˆŁ…Ł† Ų£Ł‡Ł„ Ų§Ł„ŁƒŲŖŲ§ŲØ Ł…Ł† Ų„Ł† ŲŖŲ£Ł…Ł†Ł‡ ŲØŁ‚Ł†Ų·Ų§Ų± ŁŠŲ¤ŲÆŁ‡ Ų„Ł„ŁŠŁƒ ŁˆŁ…Ł†Ł‡Ł… Ł…Ł† Ų„Ł† ŲŖŲ£Ł…Ł†Ł‡ ŲØŲÆŁŠŁ†Ų§Ų± Ł„Ų§ ŁŠŲ¤ŲÆŁ‡ Ų„Ł„ŁŠŁƒ Ų„Ł„Ų§ Ł…Ų§ ŲÆŁ…ŲŖ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ Ł‚Ų§Ų¦Ł…Ų§)  

"Dan diantara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada (pula) diantara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya."  (S. [03] Ali Imran: 75).

5.      Tidak gegabah dan tergesa-gesa dalam upaya penyelesaian masalah. Dengan kata lain, pengambilan sebuah sikap dan tindakan haruslah didasari pertimbangan yang matang; apakah tindakan yang akan diambil efektif ataukah tidak?

Kewajiban seorang da'i dalam menyikapi sebuah permasalahan adalah berupaya untuk menyelesaikannya (tafa'ul ma'al isykal). Bukan menampakkan perasaan emosi dan marah dengan segala cara (infi'al bil musykilah).

Poin ini sangat penting untuk diperhatikan. Karena pengambilan tidakan yang salah justeru akan membuat permasalahan menjadi semakin besar.

Ambil saja contoh aksi-aksi pelecehan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Barat yang berhaluan ekstrim dan fundamental, terhadap Al-Qur`an atau Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Mayoritas umat Muslim, yang diantaranya mendapatkan arahan dari sebagian pemuka agama Islam, menyikapinya dengan kepala panas. Sehingga pada akhirnya berbuntut pada tindakan-tindakan anarkis seperti pembakaran, pengrusakan, penghancuran aset-aset Barat dan lain-lain.

Berbagai tindakan ini kemudian dimanfaatkan oleh media massa barat untuk semakin memojokkan Islam. sehingga tidak heran jika kemudian banyak  diantara orang Barat yang asalnya tidak peduli atau bahkan mengecam tindakan pelecehan tersebut, menjadi berubah pikiran dan berbalik arah mengecam tindakan-tindakan anarkis umat Muslim. Citra Islam menjadi semakin buruk di mata Barat.

Dengan demikian, secara tidak sadar berarti kita telah mempersempit atau bahkan menutup pintu kesuksesan untuk berdakwah dan misi islamisasi di Barat.

Segelintir orang yang melakukan pelecehan tersebut, semakin bergembira dan tertawa terbahak-bahak menikmati hasil upaya mereka yang jauh melampaui apa yang mereka bayangkan sebelumnya. 

Namun, bukan berarti kita hanya diam membisu menyaksikan pelecehan-pelecehan tersebut. Kita tetap harus mengambil sikap serta melakukan tindakan untuk menghentikannya. Hanya saja, sebelum melakukannya, terlebih dahulu harus dipikirkan masak-masak efektifitas tindakan tersebut.

Jika seandainya saat itu umat Islam tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis serta menyerahkan penyelesaian masalah kepada para ulama dan kemudian para ulama mengambil tindakan-tindakan yang dianggap efektif untuk menghentikannya. Misalnya dengan mengadakan dialog-dialog terbatas dengan para pemuka Barat. Tentu kenyataannya akan berbeda.

6.      Berupaya semaksimal mungkin menghindari adanya indikasi pemihakan (tahayyuz) terhadap kelompok tertentu dalam penyampaian sikap. Seorang da'i haruslah mengambil kebenaran serta berupaya meluruskan kesalahan dari kelompok manapun.

7.      Menghargai para ahli dalam bidang apapun (ihtirom al takhosshush). Atau dengan kata lain, seorang da'i tidak diperkenankan untuk berbicara tentang sesuatu yang tidak ia kuasai.

Seorang da'i yang kurang menguasai ilmu ekonomi misalnya, seharusnya tidak berbicara panjang lebar  mengenai sebab-sebab krisis ekonomi serta solusi dalam mengatasinya. Agar tidak menjadi bahan tertawaan para ekonom.

Contoh lain, seorang da'i yang kurang menguasai pemikiran liberal serta cara membantahnya misalnya, tidak selayaknya melakukan debat terbuka dengan kaum liberal. Agar tidak menjadi bahan tertawaan masyarakat, sehingga mengesankan seolah-olah kaum liberal-lah yang berada di jalan kebenaran.

Bukanlah sebuah aib, jika seorang da'i mengatakan; saya tidak tahu.

8.      Menghindari cara-cara yang justeru dapat memperluas permasalahan pada masyarakat umum. Seorang da'i janganlah berpidato atau berceramah tentang sebuah permasalahan, di hadapan masyarakat yang sama sekali tidak mendengar dan tidak tahu-menahu permasalahan tersebut. Kecuali sekedar untuk memperingatkan mereka agar jangan sampai terjerumus kedalamnya.

Seorang da'i janganlah berceramah panjang lebar tentang liberalisme mislanya, dihadapan masyarakat pedesaan yang sama sekali tidak mengetahui hal ini. Kecuali sekedar mengingatkan mereka agar jangan sampai mengikuti orang-orang yang berpikiran nyeleneh dan berpesan agar tetap berpegang teguh dengan apa yang diajarkan oleh para as-salafus shalih.

9.      Menghindari sikap ambivalensi (plin-plan) dalam menyikapi sebuah permasalahan. Seorang da'i janganlah berkata A di timur, tapi kemudian berkata B di barat.

Tidak ada masalah seandainya dia hanya menerapkan cara yang berbeda dalam menyampaikan sikap, sesuai dengan situasi masyarakat yang sedang ia hadapi, tetapi dengan syarat subtansinya harus tetap sama. Yang terlarang adalah ambivalensi sikap yang sampai pada taraf berlawanan. Karena hal ini dapat menghilangkan kepercayaan kedua kelompok masyarakat terhadapnya.

Satu contoh, Ketika terjadi kasus pelecehan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam oleh salah satu media massa Denmark,  ada seorang da'i yang tidak diragukan keikhlasannya dalam berdakwah, jatuh martabatnya gara-gara tidak mengikuti kaidah ini. Kepada umat Islam dia menyeru untuk melakukan pemboikotan terhadap produk-produk Denmark. Tetapi ketika dia berkunjung ke Barat dan ditanya apakah dia menyeru untuk melakukan pemboikotan, dia menyatakan tidak. Selang sehari setelah pernyataanya itu, beberapa media massa memuat fotonya di bawah judul; Syekh Pembohong Besar. Tak ayal lagi, kepercayaan masyarakat terhadapnya menjadi pudar. Baik dimata umat Islam maupun dimata masyarakat Barat.

10. Menghindari penyebutan nama individu atau kelompok yang sedang dikritik sebisa mungkin. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, dengan menggunakan kalimat;  "ma balu qaumin" dan yang semisal tanpa menyebutkan nama kaum tersebut.

Inilah kaidah-kaidah utama sebagai penunjang kesuksesan dalam berdakwah, yang dapat saya tangkap dari apa yang disampaikan oleh Beliau selama kurang lebih satu jam.

Sebelum mengakhiri muhadharah-nya, beliau menegaskan bahwa tugas seorang da'i adalah berupaya meluruskan sebuah kesalahan (mu'alajah al-khatha'). bukan memusuhi orang yang melakukan kesalahan (mu'adah al-mukhthi').

Semoga bermanfaat.

 Wallahu A'lam bis Showab.

Oleh : Tamam Elva's Rowany, Aktifis PCI-NU Yaman sekaligus Koordinator Dept. Pendidikan & Dakwah Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman 2009- 2010 M . Wilayah Hadhramaut.

Syajaah dalam Dakwah


(Berani Dalam dakwah)
Coba deh baca QS. Al Balad :4…. Baca juga artinya ya ^____^
·         Rasul meramalkan masa umat diakhir nanti memiliki sifat “Wahn”
Wahn itu jenis penyakit yang menjerumuskan ke Neraka…haha,bukan itu artinya
Wahn adalah cinta dunia takut mati…
·         Inspirasi dari HR.Tirmizi
Lakukan yang baik, tinggalkan yang buruk tidak plin plan…

QS. Al Imran:139

As syajaah
·         adalah harga diri Muslim
·         Adalah ciri keistiqomahan mukmin selain ketenangan&optimis

Berikut Pilar Keberanian:
1.       Iman yang ghoib
2.       Menaklukkan rasa takut
3.       Mewariskan hal yang terbaik(pengkaderan)
4.       Bersabar pada ketaatan (QS. 3:200)
5.       Mengharap belajar dari Allah (Qs. Fushilat: 30-32)
Syajaah dalam Dakwah
(Berani Dalam dakwah)
Coba deh baca QS. Al Balad :4…. Baca juga artinya ya ^____^
·         Rasul meramalkan masa umat diakhir nanti memiliki sifat “Wahn”
Wahn itu jenis penyakit yang menjerumuskan ke Neraka…haha,bukan itu artinya
Wahn adalah cinta dunia takut mati…
·         Inspirasi dari HR.Tirmizi
Lakukan yang baik, tinggalkan yang buruk tidak plin plan…

QS. Al Imran:139
As syajaah
·         adalah harga diri Muslim
·         Adalah ciri keistiqomahan mukmin selain ketenangan&optimis
Berikut Pilar Keberanian:
1.       Iman yang ghoib
2.       Menaklukkan rasa takut
3.       Mewariskan hal yang terbaik(pengkaderan)
4.       Bersabar pada ketaatan (QS. 3:200)
5.       Mengharap belajar dari Allah (Qs. Fushilat: 30-32)
Kisah Abdullah Bin Harits:
Aku akan masuk Islam dengan 2 syarat:
1.       Aku tidak bisa sedekah karena miskin.
2.       Aku tidak mau berperang karena takut.
Kata RAsul : bagaimana kau mau masuk surga ? lalu Abdullah Islam
Dalam mengimplementasikan As Syaja’ah:
1.       Memiliki daya tahan yang menanggung beban
2.       Berterus terang dalam kebeneran
3.       Kemampuan menjaga amniyah
4.       Mengakui kesalahan QS. Al Araf:23
5.       Bersikap objektif pada diri sendiri
6.       Menahan nafsu disaat marah
Menjadi Murabbiyah Sukses  
(Cahyadi Takariawan dan Ida Nur laila)


“Malaikat, penduduk langit dan bumi, sampai semut-semut di lubang dan ikan-ikan di lautan
memohonkan rahmat-Nya bagi manusia yang mengajarkan kebaikan.”







Ketika banyak orang terkesima hiruk-pikuk pengidolaan, di mana jejak-jejak Muslimah dakwah? Akankah ia menjadi idola?
            Sayyidah Khadijah adalah wanita yang sempurna, seorang yang mulia lagi pula bangsawan, teguh hati, cerdas, terpelihara, agung, suci hatinya, bersih jiwanya, banyak hartanya, cantik rupanya, cerah mukanya, halus perasaannya, senang berbuat adil dan mulia akhlaknya. Dengan segala pengorbanan –dari harta benda hingga jiwa- beliau ikhlaskan demi keberhasilan dakwah Rasulullah dan kejayaan Islam. Semua ini telah dipersiapkan Allah untuk mendapat kedudukan yang agung di dunia ini.
            Lalu, bagaimana dengan kita, yang mengaku menjadi umatnya? Akankah kita rela berkorban dengan seluruh waktu, harta, jiwa dan raga ini untuk kejayaan Islam?
            Dakwah bukanlah sekadar kewajiban, namun juga “pilihan.”  Bersyukurlah oramg-orang yang memilih dakwah sebagai jalan hidupnya. Jalan dakwah sebagai pilihan bukan semata-mata lahir dari relung naluri, tabiat, dan bakat kemanusiaan saja, ia harus diyakini sebagai hidayah dari Allah. Kesadaran seperti inilah yang akan membuat kita yakin hidup ini akan senantiasa dibimbing petunjuk-petunjuk Allah.
            Aktivitas kehidupan itulah cerminan aktivitas dakwah kita, yaitu melalui “Tarbiyah”. Lalu, bagaimana memulai tarbiyah?
Jawabannya adalah >> timbulkan “rasa ketertarikan”

>> Bagaimana menimbulkan ketertarikan?
• Keihlklasan anda
• Penampilan komunikasi anda
• Perhatian anda
• Keramahan dan kehangatan anda
• Keilmuan anda
• Posisi anda
• Senyum anda anda
• Bahasa

>> Siapakah yang akan dibina?
• Semua manusia memerlukan pembinaan
• Kemampuan dan potensi manusia berbeda-beda

>> Bagaimana melakukan pengelompokkan?
• Pengenalan kondisi umum mutarabbiyah
• Pengenalan latar belakang aktivitas mutarabbiyah
• Menentukkan kelompok

>> Proses memilihkan murabbiyah
• Keunggulan mustawa (tingkatan) ruhi, fikri, amali 
• Kedekatan kondisi sosial ekonomi
• Kedekatan usia biologis
• Kedekatan lokasi
• Kedekatan kecenderungan kejiwaan

>> Bagaimana manhaj tarbiyah diaplikasikan?
• Pahami kondisi mutarabbiyah dengan baik
• Tentukanlah muwashafat yang belum terealisir pada mutarabbiyah
• Pilihlah, poin muwashafat yang hendak anda capai bersama mutarabbiyah
• Tentukan sarana tarbiyah yang sesuai untuk mencapai muwahafat tersebut

>> Persiapan menjadi murabbiyah
• Siapkan mental
• Siapkan ilmu
• Siapkan spiritualitas
• Siapkan akhlak Kemampuan khas murabbiyah
• Bahasa arab
• Bahasa Indonesia
• Menulis dengan huruf arab
• Menulis huruf latin
• Berbicara
• Beretorika
• Mendengarkan
• Menyegarkan suasana
• Berkomunikasi
• Bercerita
• Memimpin forum
• Merespon dan menyelesaikan masalah Memulai interaksi
• Membuat kontrak tarbiyah
• Membangun kepercayaan awal
• Membangun kedekatan
• Membangun komunikasi efektif
• Mintalah feedback dari mutarabbiyah

>> Yang jangan pernah dilakukan
• Bersikap kaku/kasar
• Melupakan nama
• Memotong pembicaraan
• Menegur langsung di hadapan akhawat yang lain
• Tidak mau menyempatkan mendengar curhatannya
• Tidak memberikan waktu untuknya
• Tidak menanggapi usulannya
• Tidak dialogis dalam mengelola forum
• Tidak pernah menanyakan kondisinya
• Tidak pernah memujinya
• Tidak mau mengakui kesalahan dan meminta maaf
• Ghibah

>> Perlengkapan bagi murabbiyah
• Quran
• Hadist arba’in
• Buku induk kumpulan paket materi tarbiyah
• Catatan materi
• Referensi induk
• Referensi rujukan
• Administrasi
• Media
• Transport
• Komunikasi

>> Pengelolaan Teknis
• Mengelola tempat pertemuan
• Kejelasan teknis pertemuan
• Menyiapkan perlengkapan teknis yang diperlukan di tempat acara
• Menyiapkan ruangan
• Pengaturan kedatangan
• Penjagaan ketertiban dan kerapian

>> Pengelolaan forum
Persiapan awal
• Pengecekan kehadiran
• Pengecekan kesiapan perlengkapan
• Penataan forum tarbiyah      

>> Pengelolaan agenda forum tarbiyah
• Pembukaan
• Tilawah
• Kultum
• Penyampaian materi
• Diskusi
• Syura
• Taklimat
• Kesimpulan
• Penutup
• Infaq
• Pengecekan syiar dan hafalan

>> Kegiatan tarqiyah bersama
• Mabit atau jalsah ruhiyah
• Diskusi atau bedah buku
• Daurah ilmiyah tsaqafiyah
• Kursus bahasa arab
• Dauroh manajemen dan lifeskill
• Riyadhah
• Mukhayam
• Rihlah
• Silaturahim
• Shalat fardhu berjamaah
• I’tikaf ramadhan
• Membagi hadiah Kegiatan tadribiyah
• Kegiatan munasharah atau pembelaan terhadap kaum muslimin
• Kegiatan muzhaharah atau demonstrasi
• Kegiatan kepanitiaan
• Mengisi daurah
• Aktivitas organisasi
• Mengelola halaqoh tarbawiyah
• Keterlibatan dalam dakwah amah       

>> Tips :
• Membangun keterbukaan
• Hidupkan suasana diskusi
• Libatkan mereka dalam program halaqah
• Variasikan kegiatan halaqah
• Libatkan mereka dengan acara-acara keislaman
• Libatkan dalam aktivitas amal jama’i
• Jangan terlalu banyak memberi beban

Menarik simpati para binaan dalam awal-awal mentoring sangat dipengaruhi oleh kondisi keimanan Anda sebagai murobbi, guru atau pendidik. Dimulai dari kepribadian Anda. Akhlak dan sikap Anda lebih diperhatikan oleh binaan daripada pengetahuan Anda tentang materi yang sedang disampaikan. Lebih penting daripada keahlian Anda berbicara. Bahkan lebih penting daripada apa yang Anda sampaikan. Faktanya, kepribadian Anda menentukan 80% kesuksesan dalam menarik simpati mereka.
            Kesalahan terbesar jika Anda berpikir bahwa dakwah membutuhkan Anda. Dari kali pertama Anda bergabung dengan kafilah dakwah sampai akhir hayat, Andalah yang membutuhkan dakwah. Jangan pernah merasa berjasa kepada dakwah, jangan berpikir dakwah ini berhutang budi karena aktivitas Anda. Barangsiapa berbuat baik, maka itu untuk dirinya sendiri. Bersyukurlah jika Allah masih memberikan kenikmatan dalam berdakwah pada diri Anda. Semakin Anda bersyukur, maka Allah akan semakin menambah nikmat Nya.
             Katakan pada diri Anda sendiri bahwa Anda akan berjuang dan terus bersama dakwah sampai kapanpun. Jika ada 100 orang yang berjuang, pastikan Anda termasuk di dalamnya. Jika ada 10 orang yang berjuang, pastikan Anda termasuk di dalamnya. Jika ada 1 orang yang berjuang, pastikan bahwa orang itu adalah Anda.
              Salah satu rahasia kesuksesan adalah melakukan apa yang Anda cintai. Menjadi murobbi sukses berarti menjadi orang yang terus berkomitmen dalam dakwah, komitmen dalam meningkatkan kapasitas diri, dan peduli pada binaan. Memberikan perhatian sekecil apapun kepada binaan, sangat besar dampak positifnya. Anda adalah murobbi dalam setiap waktu, bukan hanya sepekan sekali. Anda adalah murobbi bagi diri Anda sendiri, keluarga, binaan, dan orang-orang di sekitar Anda.
             Karena membina adalah “FLASH – TRACK” (red: jalan tercepat) menuju Syurga-Nya
(ungkap seorang trainer mentoring Bogor; Bp. Sri Mudji, dalam Dauroh Mentoring, 28 Mei 2011)
             Selamat membina!
                              Wahai Ukhty Sholihah, Mujahidah sejati ^_^
                                                                                                               Wallohu aĆ¢lam bish showab