kupu-kupu

Rabu, 15 Juni 2011

RESENSI Retorika Haraki

Judul Buku : Retorika Haraki
Penulis : Amirudin Rahim
Penerbit : Era Adicitra Intermedia, Solo
Cetakan Ke : 1
Tahun Terbit : Jumadil Ula 1431 H/April 2010
Tebal Buku : xxviii + 236 halaman


Berbicara itu mudah. Namun berbicara dengan tepat memerlukan ilmu dan ketrampilan. Retorika Haraki, yang merupakan buku kelima 100 buku pengokohan tarbiyah ini berupaya membekali aktifis dakwah dengan seni berbicara yang tepat sehingga amanah dakwah dapat ditunaikan.

Sebagaimana kita ketahui bersama, aktifitas dakwah dan tarbiyah, banyak membutuhkan kemampuan bicara. Mulai dari tabligh, taklim, orasi, khutbah hingga halaqah, dan dakwah fardiyah. Seringkali dai dan mubaligh tidak menyampaikan dakwahnya dengan baik bahkan ngelantur, dan seringkali pula muwajjih atau murabbi yang sebenarnya luas ilmunya namun cara penyampaiannya tidak menarik. Seni berbicara yang dijelaskan Amirudin Rahim dalam buku Retorika Haraki ini diharapkan bisa mengeliminir kelemahan-kelemahan itu menuju dakwah Islam yang memikat; dengan retorika yang memukau, sikap yang santun, konten yang berkualitas, berbobot dan efektif.

Dimulai dari Hakikat dan Prinsip Umum Berbicara pada Bab I, Retorika Haraki menyadarkan kita bahwa berbicara adalah nikmat yang juga mengandung potensi fitnah. Sikap seorang muslim pada nikmat berbicara ini adalah mensyukurinya dengan memuji Allah, berbicara untuk menyebar kebaikan, menggunakannya untuk kemaslahatan umat manusia, dan tidak menyalahgunakannya untuk kezaliman, kerusakan, permusuhan, dan kemaksiatan.

Mensyukuri nikmat berbicara dengan demikian adalah mentaati prinsip-prinsip berbicara Islami. Prinsip berbicara yang islami ini ada 6 poin:
1. Berbicara yang baik atau diam
2. Berbicara sesuai kadar pemahaman akal pendengar
3. Berbicara yang sederhana dan tidak berbelit-belit
4. Tidak berbicara tentang hal yang tidak berguna (sia-sia)
5. Menghindari kata atau istilah yang berkonotasi negatif yang sengaja diciptakan musuh-musuh kebenaran
6. Berbicara dengan bahasa audensi

Dari enam prinsip itu, mungkin poin kelima dan keenam yang belum terlalu akrab bagi kita. Kata atau istilah yang berkonotasi negatif di sini merupakan "penerjemahan" dari QS. Al-Baqarah ayat 104. Bahwa Allah memerintahkan memakai kata unzhurna sebagai ganti raa'ina. Di zaman sekarang, raa'ina itu semakin banyak dengan adanya semantic game (permainan makna) yang diciptakan Barat, misalnya. Kata "fundamental", "teroris", "garis keras", dan "bom bunuh diri" adalah sedikit contoh semantic itu. Jika aktifis dakwah memakainya secara mentah, ia sudah terjebak pada bias makna. Sedangkan berbicara dengan bahasa audensi artinya berbicara dengan bahasa yang dimengerti audien, istilah yang dipahami audien, dan kaidah komunikasi yang mudah diserap audien. Intinya pembicaraan kita secara efektfi bisa ditangkap audien sesuai makna yang kita kehendaki.

Dalam berbicara, kita juga harus menghindari penyakit lisan. Ini dibahas dalam bab kedua; Penyakit-penyakit Lisan dalam Berbicara. Amirudin Rahim menjelaskan 10 penyakit lisan sebagai berikut:
1. Ucapan yang tidak berguna (Al-Kalam fima la ya'ni)
2. Berbicara yang berlebihan (Fudhulul kalam)
3. Ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat (Al-Khaudh fil bathil)
4. Berbantahan, bertengkar, dan debat kusir (Al-Mira' wal jadal)
5. Banyak bercanda dan sendau gurau (Al-muzah)
6. Ungkapan yang menyakitkan, jorok dan caci maki (badza'atul lisan wal qaul al-fahisy was sabb)
7. Melaknat (Al-La'nu)
8. Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian (At-Taqa'ur fil kalam)
9. Menyebutkan hal yang memalukan atau kejelekan untuk ditertawakan atau bahan olok-olok (As-Sukriyah wal istihza')
10. Berbohong dalam perkataan, janji dan sumpah (Al-kadzibu)

Karakteristik Retorika Haraki
Pada Bab 3: Retorika Haraki, dibahas karakteristik retorika haraki. Namun sebelum itu, dijelaskan dulu definisi retorika haraki. Bahwa retorika haraki adalah penjelasan ajaran dan nilai-nilai Islam oleh para aktifis harakah dakwah yang disampaikan atas nama Islam kepada sekalian manusia, muslim atau non muslim, untuk mengajak mereka kepada Islam atau mengajarkan keislaman dengan cara-cara yang islami, beramal makruf dengan cara yang makruf, dan bernahi mungkar bukan dengan cara yang mungkar. Lebih dari itu, retorika haraki memandu aktifis dakwah untuk memadukan akal, hati, dan amal demi meraih kesuksesan dakwah dan keridhaan Allah SWT.

Karakteristik retorika haraki meliputi 15 karakter yaitu:
1. Yakin kepada Pencipta dan tidak mengingkari keberadaan dan kreatifitas manusia
2. menjaga keseimbangan antara wahyu dan akal
3. Menyeru kepada spiritual dan tidak meremehkan materiil
4. memperhatikan ibadah dan tidak melupakan nilai-nilai moral
5. Mengagungkan akidah dan menebarkan toleransi dan kasih sayang
6. memikat dengan hal-hal ideal dan peduli terhadap realitas
7. Mengajak kepada keseriusan dan konsistensi dan tidak melupakan berhidur dan istirahat
8. Berorientasi global dan tidak melupakan aksi lokal
9. Semangat kepada modernitas dan berpegang teguh kepada orisinalitas
10. Bersifat futuristik dan tidak mengingkari masa lalu
11. Memudahkan urusan dan menggembirakan perasaan
12. Berpikir luas dan tidak melampaui batasan permanen
13. menolak kekerasan dan terorisme dan mendukung perjuangan suci (jihad fi sabilillah)
14. Mengukuhkan eksistensi wanita dan tidak mengikis martabat laki-laki
15. Melindungi hak-hak minoritas dan menolak arogansi mayoritas

Teknik Retorika Haraki
Pada bab 4 sampai bab 9 (terakhir) Amirudin Rahim membahas hal-hal penting seputar retorika haraki. Mulai seni mengorganisasi dan menyampaikan pesan ada bab 4, seni berbicara dalam pidato dan khutbah pada bab 5, seni berbicara dalam kampanye politik pada bab 6, seni bertanya pada bab 7, seni memberi nasihat pada bab 8, dan sampai seni berbicara dalam dialog, diskusi, dan debat pada bab terakhir (bab 9). Sangat banyak teknik yang disampaikan dalam buku ini dan perlu dikuasai oleh aktifis dakwah. Tidak mungkin semuanya bisa dijabarkan dalam halaman terbatas ini.

Karenanya, buku ini perlu dibaca oleh aktifis dakwah. Sehingga para aktifis dakwah menguasai retorika haraki dengan baik, dan dengannya ia menyebarluaskan dakwah Islam demi terwujudnya negeri yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur, tegaknya Islam rahmatan lil 'alamin, dan terealisasinya maratibul amal ustadziyatul alam. Amin. [Muchlisin]

DI SYARIATKANNYA JIHAD DAN BERPERANG


SYARIAT JIHAD DAN BERPERANG
QS. AR RADU:17 & QS. AL HAJ:40 dan Annisa :76
Inspirasi :
1.       Kisah Nabi Muhammad untuk menyeru umatnya
2.       Pertarungan antara yang haq dan bathil
3.       Kebenaran membutuhkan penyeru dan pembela
a.       Menyampaikan kebenaran ke segenap uamt (As Saba:28)
b.      Menyelamatkan umat manusia dair kegelapan konsep hidup kepada cahaya (Qs.Ibrahim:1)
4.       Kebebasan menentukan keyakian (Al Baqarah : 206)
5.       Alas an &tujuan jihad didalam Islam
a.       Melawan kezhaliman&penindasan (An Nisa :75)
b.      Menjamin terciptanya kebebasan dalam mengajak kebaikan (QS.YUnus:49), (Al-araf:88),(aN-Naziat:23-24)
c.       Mendirikan Negara
d.      Meneggakkan system kehidupan islam dimuka bumi (al Ahzab: 10-11 dan 23-27)
6.       Dalil disyariatkannya Jihad ( Albaqarah:139)
7.       Ayat- ayat Jihad
a.       QS. AL BAQARAH :216
b.      QS. AL ANFAL:60     
c.       QS.AT TAUBAH : 41&111
d.      QS.AT TAUBAH :81-82
8.       Hadist-hadist jihad
a.       HR. Muslim, Daud, Ibnu Najah, An nasai:
“Surga berada dibawah bayang2 cahaya”
b.      Barang siapa yang mimpi dan meminta syahid dengan hati yang jujur, maka Allah akan meyampaikannya kepada derjat syuhada meskipun dia berada diatas tempat tidur.”(HR. BUKHARI_MUSLIM)
c.       HR.Bukhari dan Muslim:
Rasul meminta untuk hidup kemudian dimatikan, dihidupkan kembali&dimatikan lagi.
d.      Riba
Jika kalian melakukan praktek jual beli dengan praktek riba nassyiah : “kalian memegangi ekor sapi lebih suka pada pertanian dan meninggalkan jihad, maka kalian akan terlilit kehinaan dan ia akan melepaskannya sampai kalian kembali pada agama kalian.
(HR.Ahmad, Hakim,dan Abu Dawud)
9.       Nilai posited dibalik Jihad
A.      Memberants fitanh dan penindasan (AL ANFAL : 42)
B.      Lahirnya para pembela kebenaran ( Al Isra: 81)
C.      Mendirikan Negara berlandaskan kebeneran serta menghadirkan peradaban manusia yang unik

Selasa, 14 Juni 2011

RESUME Fiqh Dakwah

Kaidah-Kaidah Dalam Menyikapi Permasalahan Masyarakat
Aktivitas masyarakat dewasa ini berkembang begitu cepat dan pesat, melampaui kecepatan berpikir manusia. Demikian ungkap Dr. Ali Gom'ah, Mufti Negara Mesir. Realita ini berdampak pada munculnya penyikapan-penyikapan yang cenderung datar dan mengambang dari berbagai macam lapisan masyarakat, termasuk diantaranya para da'i. Sehingga tidak jarang sikap-sikap tersebut bukannya menyelesaikan masalah. Akan tetapi malah sebaliknya, semakin menambah runyam permasalahan yang ada.

Oleh karena itu, kiranya sangat diperlukan adanya kaidah-kaidah khusus dalam menyikapi berbagai permasalahan masyarakat, terutama bagi para da'i. Dengan mengikuti kaidah-kaidah ini, diharapkan para da'i dapat lebih arif dalam menyikapi setiap permasalahan yang sedang terjadi serta mampu menyelesaikannya. Hal ini tentunya akan sangat mendukung keberhasilan dalam berdakwah.

 Berikut ini adalah beberapa kaidah dimaksud yang disarikan dari Kajian Fikih Dakwah yang diasuh oleh Habib Ali Al-Juffri dan disampaikan kepada para peserta Daurah Shaifiyah XV Pesantren Darul Mushthafa, Tarim Hadhramaut Yaman, pada hari Sabtu malam Ahad, 5 Sya'ban 1431 H./17 Juli 2010 M . dengan beberapa pengurangan dan penambahan tanpa merubah subtansinya.

1.      Mengaitkan akar permasalahan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Seorang da'i jangan hanya berupaya menangani sebuah permasalahan dari akarnya, tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, sehingga tampak kaku dan kurang dapat dicerna oleh masyarakat. Jangan pula hanya terkonsentrasi kepada apa yang muncul dipermukaan, tanpa memperhatikan akar permasalahan yang sebenarnya.

2.      Pengecekan terlebih dahulu validitas informasi yang didapat sebelum mengambil sikap dan melakukan reaksi. Seorang da'i tidak diperkenankan menerima begitu saja informasi yang beredar di masyarakat dari berbagai media massa. Akan tetapi dia harus melakukan cek dan ricek terlebih dahulu kepada sumber yang betul-betul dapat dipercaya. Baru kemudian menentukan sikap yang tepat.

3.      Memilih solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah antara diam atau melakukan reaksi. Karena tidak semua permasalahan harus diselesaikan dengan melakukan sebuah reaksi. Banyak diantara permasalah justeru akan lebih cepat selesai dengan cara diam.

4.      Menghindari pemerataan (ta'mim), baik dalam mengungkapkan pujian ataupun celaan. Sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

(ومن أهل الكتاب من إن تأمنه بقنطار يؤده إليك ومنهم من إن تأمنه بدينار لا يؤده إليك إلا ما دمت عليه قائما)  

"Dan diantara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada (pula) diantara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya."  (S. [03] Ali Imran: 75).

5.      Tidak gegabah dan tergesa-gesa dalam upaya penyelesaian masalah. Dengan kata lain, pengambilan sebuah sikap dan tindakan haruslah didasari pertimbangan yang matang; apakah tindakan yang akan diambil efektif ataukah tidak?

Kewajiban seorang da'i dalam menyikapi sebuah permasalahan adalah berupaya untuk menyelesaikannya (tafa'ul ma'al isykal). Bukan menampakkan perasaan emosi dan marah dengan segala cara (infi'al bil musykilah).

Poin ini sangat penting untuk diperhatikan. Karena pengambilan tidakan yang salah justeru akan membuat permasalahan menjadi semakin besar.

Ambil saja contoh aksi-aksi pelecehan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Barat yang berhaluan ekstrim dan fundamental, terhadap Al-Qur`an atau Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Mayoritas umat Muslim, yang diantaranya mendapatkan arahan dari sebagian pemuka agama Islam, menyikapinya dengan kepala panas. Sehingga pada akhirnya berbuntut pada tindakan-tindakan anarkis seperti pembakaran, pengrusakan, penghancuran aset-aset Barat dan lain-lain.

Berbagai tindakan ini kemudian dimanfaatkan oleh media massa barat untuk semakin memojokkan Islam. sehingga tidak heran jika kemudian banyak  diantara orang Barat yang asalnya tidak peduli atau bahkan mengecam tindakan pelecehan tersebut, menjadi berubah pikiran dan berbalik arah mengecam tindakan-tindakan anarkis umat Muslim. Citra Islam menjadi semakin buruk di mata Barat.

Dengan demikian, secara tidak sadar berarti kita telah mempersempit atau bahkan menutup pintu kesuksesan untuk berdakwah dan misi islamisasi di Barat.

Segelintir orang yang melakukan pelecehan tersebut, semakin bergembira dan tertawa terbahak-bahak menikmati hasil upaya mereka yang jauh melampaui apa yang mereka bayangkan sebelumnya. 

Namun, bukan berarti kita hanya diam membisu menyaksikan pelecehan-pelecehan tersebut. Kita tetap harus mengambil sikap serta melakukan tindakan untuk menghentikannya. Hanya saja, sebelum melakukannya, terlebih dahulu harus dipikirkan masak-masak efektifitas tindakan tersebut.

Jika seandainya saat itu umat Islam tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis serta menyerahkan penyelesaian masalah kepada para ulama dan kemudian para ulama mengambil tindakan-tindakan yang dianggap efektif untuk menghentikannya. Misalnya dengan mengadakan dialog-dialog terbatas dengan para pemuka Barat. Tentu kenyataannya akan berbeda.

6.      Berupaya semaksimal mungkin menghindari adanya indikasi pemihakan (tahayyuz) terhadap kelompok tertentu dalam penyampaian sikap. Seorang da'i haruslah mengambil kebenaran serta berupaya meluruskan kesalahan dari kelompok manapun.

7.      Menghargai para ahli dalam bidang apapun (ihtirom al takhosshush). Atau dengan kata lain, seorang da'i tidak diperkenankan untuk berbicara tentang sesuatu yang tidak ia kuasai.

Seorang da'i yang kurang menguasai ilmu ekonomi misalnya, seharusnya tidak berbicara panjang lebar  mengenai sebab-sebab krisis ekonomi serta solusi dalam mengatasinya. Agar tidak menjadi bahan tertawaan para ekonom.

Contoh lain, seorang da'i yang kurang menguasai pemikiran liberal serta cara membantahnya misalnya, tidak selayaknya melakukan debat terbuka dengan kaum liberal. Agar tidak menjadi bahan tertawaan masyarakat, sehingga mengesankan seolah-olah kaum liberal-lah yang berada di jalan kebenaran.

Bukanlah sebuah aib, jika seorang da'i mengatakan; saya tidak tahu.

8.      Menghindari cara-cara yang justeru dapat memperluas permasalahan pada masyarakat umum. Seorang da'i janganlah berpidato atau berceramah tentang sebuah permasalahan, di hadapan masyarakat yang sama sekali tidak mendengar dan tidak tahu-menahu permasalahan tersebut. Kecuali sekedar untuk memperingatkan mereka agar jangan sampai terjerumus kedalamnya.

Seorang da'i janganlah berceramah panjang lebar tentang liberalisme mislanya, dihadapan masyarakat pedesaan yang sama sekali tidak mengetahui hal ini. Kecuali sekedar mengingatkan mereka agar jangan sampai mengikuti orang-orang yang berpikiran nyeleneh dan berpesan agar tetap berpegang teguh dengan apa yang diajarkan oleh para as-salafus shalih.

9.      Menghindari sikap ambivalensi (plin-plan) dalam menyikapi sebuah permasalahan. Seorang da'i janganlah berkata A di timur, tapi kemudian berkata B di barat.

Tidak ada masalah seandainya dia hanya menerapkan cara yang berbeda dalam menyampaikan sikap, sesuai dengan situasi masyarakat yang sedang ia hadapi, tetapi dengan syarat subtansinya harus tetap sama. Yang terlarang adalah ambivalensi sikap yang sampai pada taraf berlawanan. Karena hal ini dapat menghilangkan kepercayaan kedua kelompok masyarakat terhadapnya.

Satu contoh, Ketika terjadi kasus pelecehan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam oleh salah satu media massa Denmark,  ada seorang da'i yang tidak diragukan keikhlasannya dalam berdakwah, jatuh martabatnya gara-gara tidak mengikuti kaidah ini. Kepada umat Islam dia menyeru untuk melakukan pemboikotan terhadap produk-produk Denmark. Tetapi ketika dia berkunjung ke Barat dan ditanya apakah dia menyeru untuk melakukan pemboikotan, dia menyatakan tidak. Selang sehari setelah pernyataanya itu, beberapa media massa memuat fotonya di bawah judul; Syekh Pembohong Besar. Tak ayal lagi, kepercayaan masyarakat terhadapnya menjadi pudar. Baik dimata umat Islam maupun dimata masyarakat Barat.

10. Menghindari penyebutan nama individu atau kelompok yang sedang dikritik sebisa mungkin. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, dengan menggunakan kalimat;  "ma balu qaumin" dan yang semisal tanpa menyebutkan nama kaum tersebut.

Inilah kaidah-kaidah utama sebagai penunjang kesuksesan dalam berdakwah, yang dapat saya tangkap dari apa yang disampaikan oleh Beliau selama kurang lebih satu jam.

Sebelum mengakhiri muhadharah-nya, beliau menegaskan bahwa tugas seorang da'i adalah berupaya meluruskan sebuah kesalahan (mu'alajah al-khatha'). bukan memusuhi orang yang melakukan kesalahan (mu'adah al-mukhthi').

Semoga bermanfaat.

 Wallahu A'lam bis Showab.

Oleh : Tamam Elva's Rowany, Aktifis PCI-NU Yaman sekaligus Koordinator Dept. Pendidikan & Dakwah Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman 2009- 2010 M . Wilayah Hadhramaut.

Syajaah dalam Dakwah


(Berani Dalam dakwah)
Coba deh baca QS. Al Balad :4…. Baca juga artinya ya ^____^
·         Rasul meramalkan masa umat diakhir nanti memiliki sifat “Wahn”
Wahn itu jenis penyakit yang menjerumuskan ke Neraka…haha,bukan itu artinya
Wahn adalah cinta dunia takut mati…
·         Inspirasi dari HR.Tirmizi
Lakukan yang baik, tinggalkan yang buruk tidak plin plan…

QS. Al Imran:139

As syajaah
·         adalah harga diri Muslim
·         Adalah ciri keistiqomahan mukmin selain ketenangan&optimis

Berikut Pilar Keberanian:
1.       Iman yang ghoib
2.       Menaklukkan rasa takut
3.       Mewariskan hal yang terbaik(pengkaderan)
4.       Bersabar pada ketaatan (QS. 3:200)
5.       Mengharap belajar dari Allah (Qs. Fushilat: 30-32)
Syajaah dalam Dakwah
(Berani Dalam dakwah)
Coba deh baca QS. Al Balad :4…. Baca juga artinya ya ^____^
·         Rasul meramalkan masa umat diakhir nanti memiliki sifat “Wahn”
Wahn itu jenis penyakit yang menjerumuskan ke Neraka…haha,bukan itu artinya
Wahn adalah cinta dunia takut mati…
·         Inspirasi dari HR.Tirmizi
Lakukan yang baik, tinggalkan yang buruk tidak plin plan…

QS. Al Imran:139
As syajaah
·         adalah harga diri Muslim
·         Adalah ciri keistiqomahan mukmin selain ketenangan&optimis
Berikut Pilar Keberanian:
1.       Iman yang ghoib
2.       Menaklukkan rasa takut
3.       Mewariskan hal yang terbaik(pengkaderan)
4.       Bersabar pada ketaatan (QS. 3:200)
5.       Mengharap belajar dari Allah (Qs. Fushilat: 30-32)
Kisah Abdullah Bin Harits:
Aku akan masuk Islam dengan 2 syarat:
1.       Aku tidak bisa sedekah karena miskin.
2.       Aku tidak mau berperang karena takut.
Kata RAsul : bagaimana kau mau masuk surga ? lalu Abdullah Islam
Dalam mengimplementasikan As Syaja’ah:
1.       Memiliki daya tahan yang menanggung beban
2.       Berterus terang dalam kebeneran
3.       Kemampuan menjaga amniyah
4.       Mengakui kesalahan QS. Al Araf:23
5.       Bersikap objektif pada diri sendiri
6.       Menahan nafsu disaat marah
Menjadi Murabbiyah Sukses  
(Cahyadi Takariawan dan Ida Nur laila)


“Malaikat, penduduk langit dan bumi, sampai semut-semut di lubang dan ikan-ikan di lautan
memohonkan rahmat-Nya bagi manusia yang mengajarkan kebaikan.”







Ketika banyak orang terkesima hiruk-pikuk pengidolaan, di mana jejak-jejak Muslimah dakwah? Akankah ia menjadi idola?
            Sayyidah Khadijah adalah wanita yang sempurna, seorang yang mulia lagi pula bangsawan, teguh hati, cerdas, terpelihara, agung, suci hatinya, bersih jiwanya, banyak hartanya, cantik rupanya, cerah mukanya, halus perasaannya, senang berbuat adil dan mulia akhlaknya. Dengan segala pengorbanan –dari harta benda hingga jiwa- beliau ikhlaskan demi keberhasilan dakwah Rasulullah dan kejayaan Islam. Semua ini telah dipersiapkan Allah untuk mendapat kedudukan yang agung di dunia ini.
            Lalu, bagaimana dengan kita, yang mengaku menjadi umatnya? Akankah kita rela berkorban dengan seluruh waktu, harta, jiwa dan raga ini untuk kejayaan Islam?
            Dakwah bukanlah sekadar kewajiban, namun juga “pilihan.”  Bersyukurlah oramg-orang yang memilih dakwah sebagai jalan hidupnya. Jalan dakwah sebagai pilihan bukan semata-mata lahir dari relung naluri, tabiat, dan bakat kemanusiaan saja, ia harus diyakini sebagai hidayah dari Allah. Kesadaran seperti inilah yang akan membuat kita yakin hidup ini akan senantiasa dibimbing petunjuk-petunjuk Allah.
            Aktivitas kehidupan itulah cerminan aktivitas dakwah kita, yaitu melalui “Tarbiyah”. Lalu, bagaimana memulai tarbiyah?
Jawabannya adalah >> timbulkan “rasa ketertarikan”

>> Bagaimana menimbulkan ketertarikan?
• Keihlklasan anda
• Penampilan komunikasi anda
• Perhatian anda
• Keramahan dan kehangatan anda
• Keilmuan anda
• Posisi anda
• Senyum anda anda
• Bahasa

>> Siapakah yang akan dibina?
• Semua manusia memerlukan pembinaan
• Kemampuan dan potensi manusia berbeda-beda

>> Bagaimana melakukan pengelompokkan?
• Pengenalan kondisi umum mutarabbiyah
• Pengenalan latar belakang aktivitas mutarabbiyah
• Menentukkan kelompok

>> Proses memilihkan murabbiyah
• Keunggulan mustawa (tingkatan) ruhi, fikri, amali 
• Kedekatan kondisi sosial ekonomi
• Kedekatan usia biologis
• Kedekatan lokasi
• Kedekatan kecenderungan kejiwaan

>> Bagaimana manhaj tarbiyah diaplikasikan?
• Pahami kondisi mutarabbiyah dengan baik
• Tentukanlah muwashafat yang belum terealisir pada mutarabbiyah
• Pilihlah, poin muwashafat yang hendak anda capai bersama mutarabbiyah
• Tentukan sarana tarbiyah yang sesuai untuk mencapai muwahafat tersebut

>> Persiapan menjadi murabbiyah
• Siapkan mental
• Siapkan ilmu
• Siapkan spiritualitas
• Siapkan akhlak Kemampuan khas murabbiyah
• Bahasa arab
• Bahasa Indonesia
• Menulis dengan huruf arab
• Menulis huruf latin
• Berbicara
• Beretorika
• Mendengarkan
• Menyegarkan suasana
• Berkomunikasi
• Bercerita
• Memimpin forum
• Merespon dan menyelesaikan masalah Memulai interaksi
• Membuat kontrak tarbiyah
• Membangun kepercayaan awal
• Membangun kedekatan
• Membangun komunikasi efektif
• Mintalah feedback dari mutarabbiyah

>> Yang jangan pernah dilakukan
• Bersikap kaku/kasar
• Melupakan nama
• Memotong pembicaraan
• Menegur langsung di hadapan akhawat yang lain
• Tidak mau menyempatkan mendengar curhatannya
• Tidak memberikan waktu untuknya
• Tidak menanggapi usulannya
• Tidak dialogis dalam mengelola forum
• Tidak pernah menanyakan kondisinya
• Tidak pernah memujinya
• Tidak mau mengakui kesalahan dan meminta maaf
• Ghibah

>> Perlengkapan bagi murabbiyah
• Quran
• Hadist arba’in
• Buku induk kumpulan paket materi tarbiyah
• Catatan materi
• Referensi induk
• Referensi rujukan
• Administrasi
• Media
• Transport
• Komunikasi

>> Pengelolaan Teknis
• Mengelola tempat pertemuan
• Kejelasan teknis pertemuan
• Menyiapkan perlengkapan teknis yang diperlukan di tempat acara
• Menyiapkan ruangan
• Pengaturan kedatangan
• Penjagaan ketertiban dan kerapian

>> Pengelolaan forum
Persiapan awal
• Pengecekan kehadiran
• Pengecekan kesiapan perlengkapan
• Penataan forum tarbiyah      

>> Pengelolaan agenda forum tarbiyah
• Pembukaan
• Tilawah
• Kultum
• Penyampaian materi
• Diskusi
• Syura
• Taklimat
• Kesimpulan
• Penutup
• Infaq
• Pengecekan syiar dan hafalan

>> Kegiatan tarqiyah bersama
• Mabit atau jalsah ruhiyah
• Diskusi atau bedah buku
• Daurah ilmiyah tsaqafiyah
• Kursus bahasa arab
• Dauroh manajemen dan lifeskill
• Riyadhah
• Mukhayam
• Rihlah
• Silaturahim
• Shalat fardhu berjamaah
• I’tikaf ramadhan
• Membagi hadiah Kegiatan tadribiyah
• Kegiatan munasharah atau pembelaan terhadap kaum muslimin
• Kegiatan muzhaharah atau demonstrasi
• Kegiatan kepanitiaan
• Mengisi daurah
• Aktivitas organisasi
• Mengelola halaqoh tarbawiyah
• Keterlibatan dalam dakwah amah       

>> Tips :
• Membangun keterbukaan
• Hidupkan suasana diskusi
• Libatkan mereka dalam program halaqah
• Variasikan kegiatan halaqah
• Libatkan mereka dengan acara-acara keislaman
• Libatkan dalam aktivitas amal jama’i
• Jangan terlalu banyak memberi beban

Menarik simpati para binaan dalam awal-awal mentoring sangat dipengaruhi oleh kondisi keimanan Anda sebagai murobbi, guru atau pendidik. Dimulai dari kepribadian Anda. Akhlak dan sikap Anda lebih diperhatikan oleh binaan daripada pengetahuan Anda tentang materi yang sedang disampaikan. Lebih penting daripada keahlian Anda berbicara. Bahkan lebih penting daripada apa yang Anda sampaikan. Faktanya, kepribadian Anda menentukan 80% kesuksesan dalam menarik simpati mereka.
            Kesalahan terbesar jika Anda berpikir bahwa dakwah membutuhkan Anda. Dari kali pertama Anda bergabung dengan kafilah dakwah sampai akhir hayat, Andalah yang membutuhkan dakwah. Jangan pernah merasa berjasa kepada dakwah, jangan berpikir dakwah ini berhutang budi karena aktivitas Anda. Barangsiapa berbuat baik, maka itu untuk dirinya sendiri. Bersyukurlah jika Allah masih memberikan kenikmatan dalam berdakwah pada diri Anda. Semakin Anda bersyukur, maka Allah akan semakin menambah nikmat Nya.
             Katakan pada diri Anda sendiri bahwa Anda akan berjuang dan terus bersama dakwah sampai kapanpun. Jika ada 100 orang yang berjuang, pastikan Anda termasuk di dalamnya. Jika ada 10 orang yang berjuang, pastikan Anda termasuk di dalamnya. Jika ada 1 orang yang berjuang, pastikan bahwa orang itu adalah Anda.
              Salah satu rahasia kesuksesan adalah melakukan apa yang Anda cintai. Menjadi murobbi sukses berarti menjadi orang yang terus berkomitmen dalam dakwah, komitmen dalam meningkatkan kapasitas diri, dan peduli pada binaan. Memberikan perhatian sekecil apapun kepada binaan, sangat besar dampak positifnya. Anda adalah murobbi dalam setiap waktu, bukan hanya sepekan sekali. Anda adalah murobbi bagi diri Anda sendiri, keluarga, binaan, dan orang-orang di sekitar Anda.
             Karena membina adalah “FLASH – TRACK” (red: jalan tercepat) menuju Syurga-Nya
(ungkap seorang trainer mentoring Bogor; Bp. Sri Mudji, dalam Dauroh Mentoring, 28 Mei 2011)
             Selamat membina!
                              Wahai Ukhty Sholihah, Mujahidah sejati ^_^
                                                                                                               Wallohu aâlam bish showab

memoar cinta dijalan dakwah

MemoaR CiNta di JaLaN DakwaH

( judul dikutip dari judul buku karangan Cahyadi T )
Kata salah seorang murrabi,
Kalau antum merasa jalan dakwah ini begitu sulit, maka jangan minta dimudahkan, tapi mintalah untuk dikuatkan
Karena sudah sunatullah bahwa berjuang di jalan Allah itu begitu terjal
Kalau antum merasa kecewa, sakit, atau lelah maka rasakanlah itu benar-benar, karena bila antum tidak merasa sakit, atau tidak merasa sulit, maka dapat dipastikan bahwa antum berada di jalan yang salah
Sudah pernahkan antum terluka? Pernahkah mengorbankan setetes darah?
Kalau belum, lalu kenapa sudah bangga dengan predikat sebagai aktivis dakwah? Padahal kita belum melakukan apa-apa.
Padahal mengaku berjihad, mengaku ingin mati syahid, tapi kecewa atau sakit hati sedikit saja sudah mengeluh
Mengaku aktivis dakwah tapi maksiat pun jalan terus
Mengaku rajin syuro untuk menyusun strategi dakwah, tapi ternyata niat melenceng untuk bertemu dengan akhwat atau ikhwan idaman
Mengaku Da’i, tapi tidak menyeru
Da’i itu menyeru, berapa kali dalam sehari antum menyeru?  
Kalau antum merasa jalan dakwah itu panjangsulit dan sakit, maka bersabarlah. Teruslah berjalan meski tertatih.
Kalau antum jarang pulang, dan antum rindu untuk pulang, maka tahanlah rindu itu rindu untuk memeluk Ibu, atau
untuk melihat senyum Ayah mengembang
Karena sesungguhnya tempat berkumpul dan kampung halaman adalah surga ( amin… )
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? ( QS. At Taubah : 111 )