kupu-kupu

Minggu, 16 Oktober 2011

Manisnya iman


1.       Kecintaan kita pada Allah….maka ranting2 akan bercabang dalam seluruh kehidupan kita.
2.       Rasa takut kita Sama Allah adalah hal-hal yg membawa kita ke neraka.
3.       Bahwa kecintaan pada Allah dan rasulNya harus diprioritaskan Kecintaan kepada Allah.
Bagaimana sesorang bisa merasakan manisnya islam?
Jika dalam hatinya bisa merasakan kecintaan mendalam Allah dan rasulNya.
Buktinya !!
1.       Dia lebih mementingkan keridhoan Allah disbanding dunia dan seisiNya(QS.At-taubah:24)
Memperiotas kecintaan pada Allah akan mendapatkan Ridho
Contoh keridhoaan qt: terlibat dalam agenda dakwah, infak

·         Merasakan kelezatan ketaatan dalam aktivitas, pakaian, bicara, dll
·         Meraskan lezatnya kesulitan dalam berdakwah-kaum anshor-muhajrin-ttg jilbab
Ibrahim:24 akar a pangkal iman-batang-cabangkeimanan, daun-kepedulian,buah-hasil ketaatan
3 perkara:
1.       Menyempurnakan cinta kpd Allah
2.       Menjadikan cinta kpd Allah Pangkal dari cabang kecintaan kita pada yg lain(24:30-31)(33:59)
3.       Mencintai orang lain kpd Allah dg tidak berkhalwat, berzina,dll






Kebersihan hati


THE INSPIRATION :QS. Al hasr: 1-24
Fokus tarbiyah ada:
1.       1. Waspada bahaya nifaq
2.       2. Takut kepada Allah bukan kepada manusia
3.     3.   Tidak takut terhadap musush terutama yahudi
4.       4. Waspadai syetan
5.       5.  Mencemaskan bahaya maksiat
6.       6.  Senantiasa hidup bersama kitab Allah
7.       7. Senantiasa menghadirkan asma ALLah
8.       8. Senantiasa memperhatikan makhluk Allah selalu bertasbih pada Allah


Tafsir 1-5:
·         Sikap nabi teerhadap orang2 munafik
·         Latar belakang perang peristiwa hasil dan hikmahnya
·         Pembatahn terhadap pohon kurma dan kerusakan bumi
·         Mengemabalikan kemenangan Hakiki kepada Allah
·         Kaum muslim selalu siaga dan menanti pertolongan Allah


Tafsir 6-10
·         Perbedaan antara fai(harta rampasan yang berasal dari musuh tapi tanpa pertempuran), ghonimah, dan salab( barang2 yang menempel pada tubuh yahudi/kaum kafir)
·         Cara pembagian fai dan ghonimah berbeda
·         Kedudukan kaum muhajirin dan anshar
·         Keadan generasi penerus dan hak mereka terhadap generasi terdahulu


Tafsir 11-17
·         Bahaya nifaq dan sifat orang munafik
·         Sikap kaum munafik pada perang bani Nazir
Diantara sifat2 munafik: nifaq, kufur dan syirik
·         Sebab terjadinya penyimpangan mereka, sehingga menjadi kafir


Tafsir 18-24

·         Takut akan lupa kepada Allah
·         Membandingkan neraka atau surge
·         Senantiasa berinteraksi dg kitabullah
·         Selalu menghadirkan Asmaul Husna




Pilar - Pilar Kebangkitan Umat



Ringkasan Buku Pilar - Pilar Kebangkitan Umat
Karya : Prof. Dr. Abdul Hamid Al Ghazali

Pada kesempatan ini, saya akan menuliskan ulang, sesuai dengan daya nalar saya, terhadap buku Pilar - Pilar Kebangkitan Umat. Akhir-akhir ini saya memang sedang senang dengan buku ini, mengingat aktivitas sekarang bergulat dengan membangkitkan organisasi, dan nampaknya saya perlu menuangkan point-point penting dalam buku ini yang insyaallah pasti bermanfaat bagi siapa saja yang membaca. Karena jika kita melihat realitas hari ini, maka pastilah kita ingin bangkit dari kondisi sekarang.

Saya akan memulai dengan pasal kelima (beberapa pelajaran dari sejarah)
1. bagian pertama : Kaidah - kaidah kebangkitan
2. bagian kedua : cara berinteraksi dengan kaidah - kaidah kebangkitan

Kaidah pertama : Fikrah Dasar
Ust. Hasan Al Banna berkata : " Ikhwanul Muslimin yakin sepenuhnya, bahwa ketika Allah SWT menurunkan Al Quran, menyuruh hamba-hamba-Nya mengikuti Muhammad SAW dan meridhai Islam sebagai agama bagi mereka, sesungguhnya Ia telah meletakkan -dalam agama ini- seluruh dasar yang mutlak dibutuhkan bagi kehidupan, kebangkitan dan kesejahteraan umat manusia. Pembenaran terhadap uraian tersebut dapat ditemukan dalam firman Allah SWT:
"(Yaitu) orang - orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang Ummi yang (Namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka darti mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharapkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka" (al A'raf : 157) (Ila Ayyin Syaiin Nad'un Naas)

Kaidah Kedua : Kekuatan Motivasi
Ustadz Hasan Al Banna menegaskan hal tersebut dengan mengatakan :
"Kebanyakan manusia melihat gerakan dakwah dari segi lahiriah dan bentuk formalnya saja. Mereka tidak melihat motivasi dasar dan inspirasi spiritual yang sebenarnya merupakan modal dasar bagi terciptanya tujuan dan teraihnya kemenangan. Ini adalah sebuah hakikat yang tidak bisa dibantah kecuali oleh mereka yang jauh dari studi tentang dakwah, sehingga tidak memahami rahasia-rahasianya. Sesungguhnya di balik fenomena-fenomena yang tampak pada setiap aktivitas dakwah, terdapat semangat yang menjadi motor penggerak serta kekuatan batin yang menggerakkan, mengontrol dan memberikan motivasi. Mustahil suatu umat dapat bangkit tanpa memiliki kesadaran yang hakiki dalam jiwa, ruh dan perasaan mereka.
'Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri' (Ar- Ra'd:11)
Oleh karena itu, bisa saya katakan bahwa hal terpenting dalam sebuah kerja dakwah yang harus pertama kali kita perhatikan dan kita jadikan sebagai pemacu pertumbuhan, keberadaan, dan penyebaran dakwah adalah kebangkitan spiritual ini. Karenanya, yang pertama kali kita inginkan adalah kebangkitan ruhani, hidupnya hati, serta kesadaran penuh yang ada dalam jiwa dan perasaan. Oleh karena itu, dalam membicarakan dakwah ini, kami lebih menekankan pada pemberian motivasi dan pembinaan jiwa daripadaperhatian terhadap aspek-aspek operasiona yang beragam.
Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuar serta tangguh, hati-hati yang segar serta memiliki semangat yang berkobar, perasaan-perasaan yang memiliki ghirah serta selalu menggelora dan ruh-ruh yang bersemangat, elegan , selalu optimis serta merindukan nilai-nilai luhur, tujuan -tujuan mulia serta mau bekerja keras untuk menggapainya.
Umat Islam harus menentukan tujuan-tujuan dan nilai-nilai luhur tersebut, mengendalikan perasaan dan emosi, serta memfokuskan perhatian pada hjal-hal tersebut hingga ia menjadi sebuah keyakinan mantap, yang tidak tercampuri oleh keraguan sedikitpun. Tanpa pembatasan , pengendalian, dan pemfokusan tersebut, sebuah kesadaran dan kebangkitan hanya akan menajdi seperti lilin kecil di tengah gulita sahara; nyalanya sangat redup dan panasnya tidak terasa. Yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah batas dan akhir dari tujuan-tujuan tersebut? (dakwatuna Fi Thaurin Jadid)